Sunday, July 2, 2023

Sereal

Sepulang dari kampus, istri langsung menceritakan apa yang dilakukan anak-anak sepulang sekolah. Salah satunya apa saja yang dibeli karena saat ini anak-anak hanya sampai setengah hari. Otomatis, tidak mendapatkan jatah makan siang di sekolah. Hari ini Kai dan Ayca sepakat untuk membeli sereal yang unik, berwarna warni dan berbentuk cincin. Istri sudah menyarakan agar membeli yang berwarna coklat saja yang biasanya paling favorit buat anak-anak.

Saking excitednya, sesampai di rumah, anak-anak langsung minta dibuatin. Setelah menyiapkan mangkok, sendok, dan susu maka tersajilah semangkok susu sereal untuk Kai dan semangkok lagi untuk Ayca.

Istri: Bagaimana, enak?
Kai: G enak, dengan menghabiskan susunya saja.
Istri: Gimana Ayca (dengan intonasi yang sedikit lebih keras)
Ayca: Hehe, enak kok Bu, cuma titik (sedikit). Sambil menaruh mangkok susu serealnya dan  tersipu malu biar tidak disalahkan karena memaksa untuk milih yang warna-warni.

Sunday, October 25, 2020

Tidur di Stasiun Utama

Kupaksa kaki agar keluar dari rumah. Sekedar untuk menghirup udara segar dan mengejar target minimal 5000 langkah perhari. Bingung mau kemana akhirnya kuputuskan berhenti di Hauptbahnhof atau stasiun utama Wina. Jam 21.00 masih ramai dengan orang-orang yang menunggu jadwal keretanya tiba. Ada yang antar kota dalam Austria, ada juga yang rute luar negeri. Sedangkan aku sendiri duduk di kursi kosong menghadap ke layar yang menunjukkan rute kereta api. 

Di belakangku, tentu menghapap berlawanan denganku, tidur seorang laki-laki paruh baya. "mungkin jadwal keretanya masih lama", gumamku. 15 duduk santai sambil melihat sekitar tiba-tiba terdengar suara "Guten Morgen", antara kaget dan penasaran, aku menoleh ke belakang.  2 polisi berdiri tegak membangunkan laki-laki yang sedang tidur. Sambil berbicara dengan bahasa jerman yang fasih tiba-tiba laki-laki itu mengeluarkan tanda pengenal. Setelah itu polisi tersebut pergi meninggalkan laki-laki tersebut dan mendekati pemuda bertopi di depanku. Tepatnya tiga baris didepanku yang kebetulan tidur juga. "Guten Morgen", polisi tersebut membangunkan pemuda bertopi itu. Dengan kaget, pemuda itu memberikan kartu tanda pengenalnya. Kemudian polisi tersebut pergi meninggalkan pemuda itu. 

Selang beberapa waktu, suara keras dan tegas terdengar dibelakangku. Dua petugas berseragam orange, sepertinya petugas stasiun,  meminta agar laki-laki tadi pindah dari tempatnya. Dari sisi kemanusiaan mungkin kasihan jika laki-laki yang tidur tadi "diusir" tetapi di negara ini, peraturan tetaplah peraturan yang harus dipatuhi. 


Thursday, October 17, 2019

Berhenti Merokok

Postingan yang sudah lama menjadi draft (-_-')
sumber= huffpost.com



Aku sudah mulai coba-coba merokok mulai kecil, tetapi status sebagai perokok ku sandang saat mulai mengerjakan skripsi di semester akhir (tepatnya sekitar tahun 2008). Awalnya tertantang kemudian mencari alasan. Tertantang karena saat itu kupikir tidak akan ketagihan kalau cuma beberapa kali saja dan akhirnya ketagihan beneran (baca: kalah di tantangan pertama). Seiring berjalannya waktu akhirnya mencari sebuah alasan agar tidak berhenti merokok, mulai dari salah satu bentuk solidaritas, gagahlah, meningkatkan jiwa sosial dan menghangatkan badan (karena saat itu Malang masih sejuk). Sampai pada suatu ketika berhasil menemukan sebuah alasan kuat yang dibuat untuk merokok terus yaitu mulai dari menghisap rokok sampai dihembuskan kembali, ada sebuah jeda waktu (berpikir relax) untuk mencari solusi dari sebuah masalah yang sedang dihadapi.

Waktu silih berganti, banyak orang bertanya apakah tidak mau berhenti merokok karena uangnya bisa ditabung dan lain-lain. Dan karena saat itu masih suka merokok maka kubuat sebuah jawaban yang selalu kuulang saat ada orang yang bertanya, apa gak mau berhenti merokok? "suatu saat, saat aku sudah memiliki alasan yang tepat untuk berhenti merokok" jawabku. Normatif tapi masih ada harapan.

Percobaan pertama untuk berhenti merokok adalah saat mau berangkat ke Taiwan. "Mungkin ini adalah alasan yang tepat untuk berhenti" pikirku saat itu. Ternyata gagal total, dua minggu tidak merokok akhirnya disana juga ada toko yang menjual rokok dan murah (cocok untuk kantong mahasiswa). Bahkan saat kembali ke Indonesiapun masih terus berlanjut.

Percobaan kedua pada tahun 2015. Saat itu berniat untuk berhenti merokok karena mengalami masalah di lambung yang salah satunya dipicu oleh rokok. Hampir 1 bulan tidak merokok (kupikir sudah sukses saat itu), ternyata keinginan untuk merokok muncul lagi pada waktu ada acara keluarga dan semua orang merokok. Akhirnya ikut merokok lagi. Masalah lambung yang tadi kadang-kadang muncul lagi.

Percobaan ketiga saat mau menikah sekitar tahun 2016 awal. Niat sudah bulat untuk berhenti namun seperti percobaan kedua masih gagal. Hal ini dikarenakan kasus yang sama dengan percobaan kedua. Interaksi dengan masyarakat di awal-awal pernikahan, mulai dari ronda, nobar dan lain-lain.

Percobaan keempat kulakukan saat anak pertama saya mau lahir. Sebenarnya saat itu tidak ada niatan yang kuat untuk berhenti, toh nantinya akan gagal lagi. Untuk percobaan yang keempat ini saya utarakan ke semua orang yang biasanya merokok bersama, minimal untuk mendapatkan dukungan termasuk keluarga, kolega dan teman. Untungnya saya mendapat dukungan. Seperti biasa (setelah 3 bulan tidak merokok) ada acara keluarga yang selalu dikelilingi oleh para perokok. Secara reflek, kuambil rokok kemudian mengambil 1 batang. Dan dukungan datang, kakak saya bilang, kalau mau berhenti ya berhenti. Ini yang kutunggu, kuurungkan niat untuk merokok kembali.

Bulan ini adalah tahun ketiga untuk tidak merokok. Beberapa orang bilang jika benar-benar ingin berhenti merokok maka kamu harus mulai untuk tidak merokok selama 3 tahun. Semoga itu benar.

Ini hanya sekelumit pengalamanku. Bagi anda yang ingin berhenti merokok, MULAILAH!!!